Kedatangan Donald Trump ke Israel Di Tolak Warga Yahudi, Alasannya?


Kunjungan Presiden Amerika Serikat Donald Trump ke Israel disambut dingin oleh sebagian warga Yahudi. Protes pun digelar, salah satunya di Yerusalem.

Trump berada di Israel usai mengunjungi Riyadh, Arab Saudi. Di negara sekutunya itu, sang miliarder nyentrik dijadwalkan bertemu Presiden Reuven Rivlin dan PM Benjamin Netanyahu.

Menurut beberapa demonstran, unjuk rasa dilakukan untuk menunjukkan pandangan warga Israel berbeda dengan pemerintahnya. Mereka menolak kepemimpinan Trump di Amerika.

"Banyak orang yang marah, yang menyebut soal hubungan cinta Trump dan Israel, serta Yahudi dan Trump," sebut seorang penggerak aksi, Jacob Fortinsky, Dikutip dari Liputan6.

"Saya harap malam ini kita bisa menyerukan dan menunjukkan adanya penolakan besar dari warga Yahudi dan Israel," ucap dia.

Dalam unjuk rasa tersebut, para demonstran meneriakkan nyanyian anti-Trump. Mereka menyatakan beberapa kebijakan Presiden AS di bidang kesehatan, lingkungan, dan hak reproduksi perempuan tidak masuk di akal.

Hal lain yang turut diangkat para demonstran ialah dugaan keterikatan Trump dengan Rusia.

Fortinsky menambahkan, ia tak menyangka aksinya akan sebesar ini. Awalnya, ia hanya memberi tahu beberapa kenalan dan temannya untuk ikut unjuk rasa.

Namun, saat unjuk rasa digelar, beberapa warga asing dari Amerika dan Eropa yang berada di Israel ikut dalam aksi tersebut.

Dia menekankan, tujuan utama aksi bukan memprotes sikap Trump terhadap Israel dan Yahudi.

Akan tetapi, yang mereka lihat, Trump telah sudah melakukan kesalahan besar seperti menyebarkan retorika untuk melawan imigran dan pencari suaka. Juga dugaan nepotisme serta potensi persekongkolannya dengan Rusia.

"Ada yang berpikir Trump dapat melakukan hal baik terhadap Israel, ada juga yang berpikir tidak. Yang menyatukan kita bukan pandangan soal posisi Trump terhadap Israel, tetapi terkait sikap Trump secara umum," sebut Fortinsky.

"Kebenciannya bisa menjadi inspirasi di Amerika, ia tidak mampu mengatasi ini, dan Donald Trump berpotensi melakukan korupsi," ia menambahkan.