Mereka itu Bukan Pengemis, Jadi Tak Perlu Menawar Habis-Habisan



Ketika sedang berjalan-jalan, pernahkah kamu bertemu pedagang kaki lima atau asongan yang menjajakan dagangan mereka? Mungkin, saat kamu kehausan di tengah macet ada seorang penjual minuman keliling yang menjajakan dagangannya di bawah terik matahari. Kamu pun bermaksud membelinya untuk sekedar membasahi tenggorokan. Namun, menurutmu harga yang ditawarkan begitu mahal. Kamu pun menawar, tapi karena harga tak kunjung turun kamu tak jadi membeli.

Di sisi lain, kamu begitu sering jajan di minimarket, mengambil barang yang ingin kamu beli tanpa perlu menawar saat akan membayar ke kasir.

“Untuk minuman bermerek kamu tidak menawar, untuk pedagang miskin kamu menawar,” ujar pedagang tersebut.


Di sekeliling kita pun, ada banyak pedagang kecil yang mungkin sering kita perlakukan tidak adil.

“Bapaknya mau naik haji kalik nih. Masa kacang rebus aja lima ribu!”

Sementara kita biasa merasakan barang serupa di cafe, mall, atau restaurant dengan harga yang lebih mahal berkali-kali lipat dari harga yang diberikan pedagang tersebut. Tapi, tak sedikit pun kita merasa kemahalan atas harga yang ditawarkan.

Mungkin kita akan menjawab, “Ya tentu saja, karena di tempat-tempat tersebut ada pajak, sewa tempat, dan banyak hal yang dibebankan kepada pembeli.”


instagram.com

Yang kita tidak tahu, pedagang kecil di sekeliling kita harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan dagangan, pulang lebih larut agar dagangannya habis dan tidak tersisa. Ada biaya ‘keamanan’ yang mungkin harus mereka keluarkan saat berjualan di jalan.

Tak jarang, mereka harus mempertaruhkan keselamatan diri mereka untuk berjualan di tengah jalan atau naik turun bus kota dalam keadaan berjalan.

Mereka bukan peminta-minta, mereka hanya ingin mencari nafkah dengan cara yang halal.


instagram.com

Mereka tak ingin dikasihani. Mereka juga bukan meminta sedekah. Yang mereka inginkan adalah kita membeli yang mereka jual dengan ikhlas. Kadang tak jarang kan kita menemui pedagang seperti ini yang sudah lanjut usia.

Mereka tetap dengan gigih menjajakan barang dagangannya dengan sopan. Dengan keterbatasan ekonomi itu, mereka tetap berjuang mencari rezeki dan bukan hanya berpangku tangan mengharapkan bantuan. Mereka bekerja mencari nafkah dengan halal.

Seharusnya, kehadiran mereka bisa menjadi semangat untuk kita yang masih berusia muda. Dengan pendidikan yang lebih dan nasib yang jauh lebih beruntung dari pada mereka, kita harus lebih semangat dan optimis menghadapi hidup. Kalau kebetulan kamu bertemu mereka di jalan, carilah alasan untuk membeli dagangan mereka.